Tak bisa dipungkiri, Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah
satu angkatan bersenjata yang cukup disegani dunia. Presiden Joko
Widodo optimistis TNI bisa menjadi kekuatan besar di regional dan Asia.
"Di
hadapan kita semua dengan penuh rasa optimisme dan semangat, TNI akan
menjadi angkatan bersenjata yang disegani negara-negara lain, yang akan
menjadi kekuatan besar di regional, di Asia," kata Jokowi saat berpidato
di HUT ke-72 TNI di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, Kamis (5/10).
Keyakinan
Jokowi ini bukan tanpa asalan. TNI punya jejak positif dalam berbagai
operasi penyelamatan sandera baik di dalam maupun di luar negeri.
Berikut 2 operasi pembebasan sandera oleh TNI yang dikagumi dunia internasional. 1. Operasi Woyla
Pesawat
Garuda Indonesia DC-9 Woyla jurusan Jakarta-Medan. Saat itu pesawat
transit di Talangbetutu, Palembang. Lepas landas dari Palembang, pesawat
dibajak oleh 5 teroris pada 28 Maret 1981.
Pimpinan teroris Imam
bin Muhammad yang menamakan diri bagian dari kelompok ekstrimis Komando
Jihad meminta pilot mengarahkan pesawat ke Srilanka. Padahal, pesawat
yang membawa 48 penumpang dan 5 kru itu harusnya menuju ke Medan.
Pesawat
terpaksa mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand dengan alasan
tidak cukup bahan bakar. Mereka membajak pesawat untuk menuntut agar
rekan yang ditangkap setelah peristiwa Cicendo, Jawa Barat dibebaskan.
14 Anggota Komando Jihad ditahan karena membunuh empat polisi di Kosekta
65 pada 11 Maret 1981.
Mendengar kabar itu, Presiden Suharto saat
itu langsung menginstruksikan operasi militer. Operasi ini kemudian
dikenal dengan Operasi Woyla.
Wakil Panglima ABRI pada kala itu,
Laksamana Sudomo meneruskan perintah Suharto kepada Kepala Pusat
Intelijen Strategis Benny Moerdani. Benny lalu menghubungi Asrama
Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten Operasi
Kopasandha Letkol Sintong Panjaitan. Sintong diminta menyiapkan dan
melatih pasukan untuk operasi pembebasan sandera.
Sintong meminjam
pesawat DC-9 untuk mempelajari kondisi pesawat. Meski kaki masih di
gips karena patah saat latihan, penyiapan pasukan terus dilakukan.
Latihan dilakukan sambil menunggu diplomasi Pemerintah RI dengan Raja
Thailand agar mendapat izin melakukan operasi militer.
Dua hari
latihan di Hanggar Garuda, pasukan khusus antiteror memantapkan diri
untuk segera menjalankan operasi. Mengingat, sejak terbentuk 2 tahun
selalu berlatih tanpa melakukan operasi.
Pemerintah
Thailand akhirnya memberikan izin. Pasukan tiba di Bangkok pada 30
Maret 1981 dengan menumpangi pesawat DC-10 yang berkamuflase sebagai
pesawat Garuda yang baru tiba dari Eropa. Pesawat lalu diparkir di
lokasi yang agak jauh dari Woyla.
Benny Mordani menetapkan
serbuan akan dilakukan pukul 03.00 pagi. Pasukan bersiap sejam sebelum
waktu penyerbuan. Pasukan mengenakan perlengkapan tempur, pakaian
loreng, dan baret merah.
Pasukan dibagi menjadi 3 tim. Tim Merah
dan Biru memanjat ke sayap dan menunggu di pintu samping. Sedangkan, Tim
Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Pasukan akan masuk bersamaan
setelah mendapatkan kode.
Tepat pukul 02.45 kode penyerbuan
diberikan. Seluruh pasukan masuk ke kabin. Baku tembak tak terhindarkan.
Pasukan berhasil melumpuhkan empat pembajak. Pimpinan pembajak Imam
selamat dalam baku tembak dan berhasil ditangkap Satuan Para Komando
Kopassandha.
Di sisi lain, seorang prajurit bernama Letnan Achmad
Kirang dan Kapten Pilot Herman Rente terkena tembakan. Keduanya tewas
setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Seluruh Penumpang dinyatakan
selamat.
Operasi ini dilaksanakan oleh Grup 1 Para Komando
pimpinan Letkol Inf Sintong Panjaitan. Aksi ini mendapat apresiasi dari
berbagai pihak. Sintong dan pasukan dianugerahi Bintang Sakti dan
dinaikkan pangkat satu tingkat. Sedangkan Kirang dinaikkan pangkat dua
tingkat secara anumerta.
Sukses pelaksanaan Operasi Woyla ini
menjadi cikal-bakal pembetukan Satuan Khusus Anti-teror Kopassus TNI AD.
Satuan itu kini dinamakan Sat-81 Gultor.
2. Operasi Pembebasan Sandera Perompak Somalia
Kapal
MV Sinar Kudus yang membawa biji nikel dibajak oleh perompak Somalia
pada 16 Maret 2011. Mereka menyandera 20 awak kapal. Mereka meminta
pemilik kapal menyiapkan uang tebusan.
Kabar ini dengan cepat
diterima oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY langsung
memerintahkan untuk menyiapkan operasi militer pembebasan sandera laut.
Panglima
TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyiapkan dua kapal frigat, 1
helikopter, dan pasukan khusus gabungan dari Marinir, Kopassus, Kostrad,
dan Kopaska.
Setelah melakukan serangkaian persiapan terpadu, tim
akhirnya berangkat pada 23 Maret 2011. 2 KRI dan 1 helikopter berangkat
dari Jakarta. Tim ini sampai di Kolombo pada 29 Maret 2011. Keesokan
harinya, tim menuju ke perairan Somalia. Ada informasi KM Sinar Kudus
sudah lego jangkar.
Tim kemudian mengumpulkan data-data yang
diperlukan untuk melakukan operasi militer. Dari hasil pemantauan udara,
KM Sinar Kudus berada di antara 8 kapal pembajak. Kelompok ini dijaga
oleh 15-20 kelompok pembajak lain yang terorganisir.
Sambil
mengumpulkan data, negosiasi terus dilakukan. Kesepakatan pun dicapai
pada 13 April 2011. Hal ini memunculkan dua kemungkinan, yakni
penjaminan keselamatan ABK ketika uang tebusan diserahkan atau tindakan
militer terhadap pembajak dilaksanakan setelah pelepasan sandera.
Setelah
menggelar rapat di Bogor pada 18 April 2011, SBY memerintahkan
penyelamatan sandera, dilanjutkan pengejaran terhadap perompak dengan
operasi militer. Setelah operasi selesai, KM Sinar Kudus dibawa ke Oman.
Laksamana
A. Taufiqurrahman sebagai pimpinan pasukan memutuskan, mencegat KM
Sinar Kudus di kota Eyl yang berjarak 10 mil arah Utara perairan
Somalia.
Helikopter
yang dilengkapi General Purpose Machine Gun (GPNG) di sebelah kanan dan
di sebalah kiri disiapkan para sniper (penembak jitu) menuju ke Sinar
Kudus. Mereka datang dari jarak 3 mil.
Pasukan kemudian turun dan
menyerbu kapal. 3 Perompak tertembak. Dua di antaranya bernama Farah dan
Abdulkadir yang dikenal paling galak.
Aksi ini mendapat
perlawanan dari perompak. Mereka menembaki pasukan. Taufiq langsung
memerintahkan untuk menghabisi semua perompak. Semua perompak dapat
ditewaskan. Kapal Sinar Kudus dapat diselamatkan.
KM Sinar Kudus akhirnya menuju ke Oman dikawal dengan 2 Kapal KRI. 4 Mei 2011 KM Sinar Kudus tiba di Oman.
TNI Indonesia disegani dunia !
Reviewed by Siapa
on
October 05, 2017
Rating: 5
No comments: